Tafakkur dan Hipnosis: Menyelami Kekuatan Pikiran dan Jiwa untuk Penyembuhan Diri
Ketika Pikiran Tak Lagi Cukup
Psikologi modern sering menekankan hal-hal yang bisa diukur seperti perilaku, reaksi, atau pola pikir. Tapi apa yang terjadi di dalam jiwa, sering kali justru menjadi misteri. Kenyataannya, di tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, gangguan psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi justru semakin meningkat. Mungkin inilah tanda bahwa manusia kehilangan sesuatu yang penting: keterhubungan dengan sisi batin dan spiritualnya. Seorang tokoh psikologi Muslim, Malik Badri, pernah menulis bahwa dalam tradisi Islam, ada konsep tafaakur, yaitu perenungan mendalam tentang diri dan kebesaran Allah. Melalui tafakkur, seseorang bisa menenangkan pikirannya, menyembuhkan luka jiwanya, dan menemukan makna hidup yang lebih dalam.
Sekilas Tentang Hipnosis
Menariknya, jika kita lihat dari sisi lain, hipnosis dalam psikologi modern sebenarnya punya semangat yang mirip dengan tafakkur. Banyak orang masih mengira hipnosis itu seperti acara hiburan di TV, orang dibuat “tidur” lalu melakukan hal aneh. Padahal, hipnosis dalam terapi justru bertujuan membantu seseorang masuk ke keadaan rileks dan fokus, agar bisa berbicara langsung dengan bagian terdalam dari dirinya, yaitu pikiran bawah sadar. Dalam kondisi hipnosis, seseorang tetap sadar, tapi pikirannya lebih terbuka untuk menerima sugesti positif dan membuang beban emosi lama. Proses ini membantu tubuh dan jiwa beristirahat, sekaligus menyembuhkan diri dari dalam.
Hipnosis dalam Kajian Ilmiah Modern
Menariknya, pandangan ilmiah modern pun kini banyak membuktikan bahwa hipnosis bukanlah hal mistis atau tidak rasional. Sejak abad ke-18, para peneliti telah menggunakan hipnosis untuk membantu berbagai kondisi. Mulai dari mengurangi rasa sakit, mengatasi stres dan kecemasan, hingga membantu proses penyembuhan luka dan operasi sebelum ditemukan anestesi modern. Penelitian terkini bahkan menunjukkan bahwa hipnosis bekerja bukan karena seseorang “tidur” atau kehilangan kesadaran, tetapi justru karena orang tersebut memasuki kondisi fokus batin yang mendalam, di mana sugesti positif dan motivasi diri dapat bekerja lebih kuat. Dengan kata lain, hipnosis membantu seseorang membuka kesadaran bawah sadar untuk menerima perubahan, seperti halnya tafakkur membuka pintu hati untuk merenungi makna dan kebesaran Allah. Jadi, meskipun datang dari jalur yang berbeda (satu melalui ilmu psikologi modern, dan satunya lagi melalui tradisi spiritual Islam) hipnosis dan tafakkur sama-sama mengajarkan bahwa kekuatan penyembuhan sejati berasal dari dalam diri, ketika pikiran, hati, dan jiwa berada dalam keadaan tenang dan selaras.
Titik Temu Tafakkur dan Hipnosis
Jika kita cermati, tafaakur dan hipnosis sama-sama menuntun manusia untuk menenangkan pikiran dan membuka kesadaran batin. Bedanya, tafakkur mengarah kepada Allah sebagai sumber ketenangan sejati, sementara hipnosis lebih berfokus pada proses penyembuhan dari sisi psikologis. Namun keduanya sepakat bahwa penyembuhan sejati tidak datang dari logika, melainkan dari ketenangan hati dan kesadaran yang mendalam. Dalam tafakkur, seseorang merenungkan ciptaan Allah dan makna hidupnya hingga menemukan cahaya ketenangan. Dalam hipnosis, seseorang menelusuri pengalaman masa lalu dan emosi bawah sadar untuk menemukan akar masalah yang tersembunyi. Dua jalan berbeda, tapi sama-sama membawa manusia menuju kedalaman diri dan penyembuhan jiwa.
Menemukan Jalan Ketenangan
Kita bisa belajar sesuatu yang berharga dari keduanya: bahwa jiwa manusia bukan mesin yang bisa diperbaiki dengan cepat, melainkan taman batin yang perlu dirawat dengan kasih, kesadaran, dan doa. Tafakkur membantu kita berhubungan dengan Allah. Hipnosis membantu kita berhubungan dengan diri sendiri. Dan ketika keduanya selaras — ketika kita sadar bahwa Tuhan hadir dalam setiap napas, dalam setiap detik kesadaran — di situlah penyembuhan sejati mulai bekerja.
Baik tafakkur maupun hipnosis sama-sama mengajarkan hal yang sederhana namun dalam: berhentilah sejenak, dengarkan batinmu, dan izinkan dirimu tenang. Karena sering kali, kedamaian yang kita cari di luar, justru sudah ada di dalam diri kita dan menunggu untuk ditemukan kembali.
Referensi:
Badri, M.
(2000). Contemplation: An islamic psychospiritual study. Human Behaviour
Academy.
Lynn, S. J., Pollizi, C. P., Green, J. P., Aksen, D. E., Gautam, A.,
& Evans, J. (2021). Hypnosis and health psychology. In L. M. Cohen (Ed.), The
Wiley encyclopedia of health psychology: Clinical health psychology and
behavioral medicine (First, Vol. 3, pp. 257–263). John Wiley & Sons
Ltd.






Post a Comment